Rabu, 20 April 2016

Hidup Itu Harus Memilih

MENCOBA mencari tujuan hidup, mungkin saja dilakukan oleh sebagian orang yang mulai bosan memikirkan masa depan. Menarik paksa impian ke masa kini, tak semudah yang dibayangkan. Saya termasuk salah satu orang yang mencari tujuan hidup di usia 28 tahun. Memang tidak bisa digolongkan muda untuk ukuran wanita di negeri ini, dimana rata-rata para wanitanya mengakhiri masa lajangnya jauh dibawah usiaku.
Semakin dikejar, terkadang impian justru menjauh dan seakan menghilang. Satu hal yang harus kulakukan hanyalah terus melangkah, meski ibukota membujukku tuk kembali mengejar asa yang tertinggal beberapa tahun sebelumnya. Jejak langkahku terhenti pada sebuah persimpangan yang terjal. Pilihannya hanya satu yakni memberanikan diri menjadi bagian sebuah kelompok anak muda berjiwa pejuang.
**
JAKARTA kembali memanggilku setelah kutinggalkan 5 tahun silam. Namun, kedatanganku kali ini bukan untuk menetap ataupun mencoba peruntungan baru. Ibukota hanya kujadikan batu loncatan, untuk mengambil bagian dari sebuah gerakan yang nantinya diharapkan membawa perubahan hidup di pulau terdepan negeri ini.
Bertemu orang-orang baru yang memiliki visi hidup yang sama, pastinya menyenangkan. Berguna untuk negera menjadi salah satu pikiran gila saat kuputuskan mengambil cuti dan mengikuti tes lanjutan “Pencerah Nusantara.” Namun sayang, cita-cita itu harus kandas dan mengembalikan rutinitas yang sempat kutinggalkan beberapa hari.
Menjalani keseharian yang sama selama bertahun-tahun, mampu menyelipkan rasa jenuh dan frustasi. Bisa dibayangkan hidup yang dipenuhi rasa hampa, semuanya hambar. Mengambil bagian  dalam sebuah program menginspirasi menjadi pintu gerbang bagi saya untuk menemukan tujuan hidup yang selama ini tertunda.
***
TAK sengaja membuka laman facebook seorang pendamping pada program kelas inspirasi, membantu saya bertemu dengan orang-orang muda berpikiran gila dan sedikit nyentrik. Mereka bukan hanya memiliki impian mulia, tetapi mereka mewujudkan semua hal tak terpikirkan dengan satu cara, just do it.
Nur Al Marwah Asrul alias Nunu, orang yang kali pertama kuhubungi untuk bisa bergabung ke dalam kelompok orang-orang yang jauh dari pikiran negatif. Anak muda yang tidak pernah memprovokasi orang lain untuk membenci negara ini. Justru dari mereka saya menjadi yakin bahwa Indonesia masih bisa diselamatkan dari keterpurukannya. Melalui langkah kecil yang mereka lakukan, saya yakni apapun bisa terjadi. Ini lantaran, mereka terus melakukan gerakan meski sedikit tertatih. Diam menjadi virus mematikan yang harus dihilangkan dari pikiran dan visi mereka.

SIGI region Makassar bukan hanya wadah anak muda kreatif tanpa batas, tetapi menjadi tempat untuk kembali bagi jiwa-jiwa yang mulai tersesat dan ingin merasakan kebebasan melalui senyum-senyum anak bangsa. Saya memilih bergabung, tanpa paksaan dan intervensi siapa pun, karena saya percaya bahwa hidup hanyalah masalah memilih sedangkan waktu menjadi juri yang bijak dari setiap pilihan yang diambil.